Krisis Literasi di Indonesia, Scroll Medsos Sampai Lelah Tidak Ada Bosannya


MANGGUMEDIA.COM -- Seiring berkembangnya zaman, teknologi makin maju. Termasuk dalam bidang informasi dan media komunikasi. Kini tiap orang bisa mengakses berita dari mana saja tidak hanya dari media cetak, namun juga dari media elektronik. 

Selain itu, mengutip informasi dari situs resmi Kominfo bahwa 60 juta warga Indonesia memiliki ponsel atau berada pada urutan kelima dunia untuk negara pemilik gadget terbanyak. Dengan banyaknya pengguna gadget di Indonesia diharapkan agar pengguna gadget tersebut dapat meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan daya baca. Namun hal ini belum dicapai oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. 

Kebanyakan dari masyarakat Indonesia memainkan gadget hanya sekedar hiburan semata. Mayoritas pengguna gadget di Indonesia membuka media sosial seperti facebook, tiktok, instagram, twitter, dan youtube. Tentunya membuka aplikasi tersebut bukan bertujuan untuk menambah daya literasi dalam membaca, akan tetapi digunakan untuk menjadi malas dan lupa pada waktu. 


Membaca buku merupakan salah satu hobi yang langka. Malasnya membaca buku menjadi salah satu indikator rendahnya tingkat literasi di Indonesia

Dalam riset yang dilakukan oleh Semiocrast, suatu lembaga independen di Paris menyatakan bahwa Kota Jakarta berada pada posisi pertama untuk kota dengan pengguna twitter teraktif dan Kota Bandung pada posisi ke-6. Kedua kota ini bisa menghasilkan berjuta-juta tweet tiap hari. 

Di dalam media sosial tentu memiliki isi yang beragam serta kebanyakan informasi yang ada di media sosial sering tidak dipertanggung jawabkan. Maka dari itu kemajuan teknologi informasi sangat rawan menjadi lahan untuk kejahatan dan berita hoax. Dengan begitu, masyarakat dapat mudah terpancing dengan informasi yang ada di media sosial tanpa adanya tabayyun terlebih dahulu. 

Meski buku-buku di zaman sekarang tidak hanya berbentuk fisik, ada juga bentuk soft file seperti pdf, atau e-book yang sangat mudah diakses, tetap saja ketika kita memegang gadget hal-hal yang berbau pendidikan sering terlupakan dan tangan pun menggeser pada media sosial, bahkan sampai berjam-jam lamanya. 

Untuk memperbaiki minat baca dan meningkatkan literasi di lingkungan masyarakat Indonesia, pemerintah harus mencari cara bagaimana masyarakat dapat tergiur untuk membaca walaupun hanya satu halaman. Tentunya dengan hal demikian butuh kerja sama antara semua pihak, tidak dapat mengandalkan satu sama lain. 

Jika pemerintah memiliki program untuk meningkatkan literasi atau program tentang membaca buku, maka masyarakat harus mengikutinya dengan bantuan dari ketua RT misalnya yang menjadi seorang pemimpin dalam lingkup yang terkecil. Sebaliknya, jika masyarakat ingin sesuatu untuk difasilitasi seperti perpustakaan RT, atau yang lainnya, maka pemerintah harus setuju dan dapat memenuhi keingingan tersebut. 




0 Komentar