Zahara Farhan, Penulis Buku Patofisiologi Keperawatan yang Prihatin dengan Tragedi Persepakbolaan Nasional


MANGGUMEDIA.COM -- Zahara Farhan, sebagai seorang akademisi di kampus kesehatan yang sehari-hari mengajar mahasiswa di kelas ternyata tidak hanya memerhatikan soalan pendidikan saja, ia pun turut memerhatikan kondisi sosial masyarakat. Terutama soal persepakbolaan nasional.

Masih ingat dengan tragedi kanjuruhan Malang, kan? Atau masih ingat dengan pertikaian antar supporter klub bola beberapa bulan lalu? Tragedi akibat fanatisme para penikmat bola tersebut turut menjadi perhatian seorang dosen kelahiran Kota Ciamis ini.

Bagaimana tidak, kita dapat melihat salah satu status media sosial facebook dengan nama Zahara Farhan itu jelas keprihatinannya terhadap berbagai macam tragedi persepakbolaan di Indonesia.

Berikut adalah status facebook yang Ia tulis.

Klo memang sepakbola di negara ini hanya menjadi sebuah peperangan antar bangsa sendiri bahkan sampai terjadi pertumpahan darah, buat apa ada kompetisi sepakbola.? Bukankah kompetisi itu diselenggarakan sebagai media pemersatu bangsa.?

Saudarakuuuu, ingatlah para pendahulu kita, bangsa ini kuat dan hebat karena persatuan, janganlah tercerai berai. Janganlah fanatisme diri membuat kita buta dgn makna olahraga, jadikanlah setiap kompetisi olahraga sebagai pemersatu bangsa, bukan sebaliknya.
Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un, semoga para korban diampuni segala dosanya, diterima segala amal ibadahnya dan ditempatkan disisi Alloh SWT, Tuhan yg Maha Esa. Amin ya rabbal alamin.

Jika kita cermati, Penulis buku Patofisiologi Keperawatan yang diterbitkan oleh Penerbit Manggu tersebut sedang resah dengan kompetisi sepakbola Indonesia yang penyelenggaraannya justeru membikin pertikaian bahkan pertumpahan darah. 

Status facebook Zahara Farhan tentang Sepakbola 

Zahara Farhan yang suka makan galendo ini juga menghimbau kita semua sebagai bangsa Indonesia dengan mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan kompetisi sepakbola sebagai momentum untuk mempersatukan bangsa, bukan malah sebaliknya.


0 Komentar